SUN RISE

SUN RISE
beginilah yang saya dapatkan setelah mendaki setinggi 3019 mdpl

Jumat, 11 November 2011

“TIDAK HARUS MENJADI SEPERTI YANG KITA PELAJARI SAAT INI”



                 Hari Rabu di semester enam merupakan hari bertemunya kami dengan mata kuliah : Fisika Kuantum, sebuah subject yang konon katany merupakan gabungan Fisika Dasar, Elektromagnetik, Fisika Matematika, dan Fisika Statistik. Bisa dibayangkan rasanya mengikuti 3 jam mata kuliah FisTum jika otak kami cuma dibilang ‘pas-‘pas-an dalam keempat mata kuliah yang mendasarinya.
                Persamaan Schrodinger cukup membuat ke-jeli-an mata dan kemampuan aljabar kami teruji. Tanda sama dengan, symbol-simbol Yunani yang kabarnya dipanggil psi, lekukan batang integral dan pasangan sin-cos tersebar merata di lembar buku kami. Pak dosen pun sebenarnya menyadari kondisi kebingungan seantero kelas. Dilihat dari raut muka kami, bagai domba kehilangan arah.
                Satu yang dapat mengobati ‘kesuntukan’ kami dari kuliah ini, datang dari Pak Dosen sendiri. Beliau gemar memberikan wejangan-wejangan di akhir perkuliahan. Dosen ini memang masih muda (dibanding dengan dosen-dosen pengajar lain). Dari episode-episode cerita yang pernah disampaikan, bisa ditebak bahwa beliau merupakan sosok yang aktif berkegiatan –di luar kampus-.
Sekitar satu bulan yang lalu, beliau menceritakan pengalamannya berkomunikasi dengan komunitas penderita AIDS di Malang. Tidak hanya berkomunikasi, bahkan saat salah seorang dari penderita AIDS tersebut meninggal, beliau menyempatkan diri untuk datang langsung ke pemakamannya.
Dan hari Rabu ini, episode yang beliau bawakan adalah masalah: Cinta dan Masa Depan (dan cerita berikut semoga bisa menginspirasi kaum Adam, =]). Dan cerita pun mengalir….

“Beberapa minggu yang lalu, saya sempat chatingan Facebook sama alumni Fisika. Kira-kira begini bahasanya:
                Alumni  : Met malam, Pak..
                Dosen   : Eh, kamu, kok belum tidur?
Jam saat itu sudah menunjukkan pukul 1 pagi lebih.
                Alumni  : Iya Pak. Saya sedang mikirin sesuatu pak,
Dan dia pun menceritakan masalahnya dengan blak-blakan,
Alumni  : Setelah lulus kemarin, saya pacaran sama cewek, Pak. Saya bertekad untuk setia sama dia. Beberapa hari yang lalu, orang tua pacar saya meminta saya untuk segera menikahi putri mereka,
                Dosen   : Trus??
Alumni  : Tapi saya belum kerja, Pak.  Bagaimana bisa orang tua si-dia percaya sama saya. Pasti mereka mikir, ‘Mau dikasih makan apa anakku?’
Nah, dari chatingan saya sama alumni itu, saya harap, di kelas ini tidak ada yang mengalami peristiwa yang sama. Khususnya buat yang laki-laki…”

Amiiiieeen. Koor satu kelas pun serentak. Dan cerita terus dilanjutkan,

“Pesan saya satu: Jadilah lelaki yang pantang menyerah. Tangguh! Menyikapi masalah alumni tadi, ada beberapa hal yang bisa saya sarankan…”

Berhubung jika saran dari Pak Dosen ditulis ala cerita akan panjang dan membutuhkan banyak kata hubung, maka berikut akan dituliskan dalam bentuk poin-poin,

“...~ setelah lulus nanti, belum tentu kalian mendapatkan pekerjaan yang kalian idam-idamkan. Belum tentu  perusahaan ataupun sekolah yang kalian ajukan lamaran, menerima kalian begitu saja. Kalau belum rejeki, ya belum bisa didapatkan…

…~ jika hal itu terjadi, jangan sampai ‘NGANGGUR’! Dari background pendidikan apapun kalian berasal, kalian masih bisa mendapatkan pekerjaan jika mau berusaha, meskipun belum saklek…

…~ kita ketahui, Pemkab memiliki kegiatan tahunan yang –siapapun- bisa tergabung di dalamnya. Informasi bisa didapatkan langsung di kantor Pemkab pusat atau bahkan ada beberpa yang sudah dilaunching online. Kegiatan Kabupaten bisa memberikan uang saku kurang lebih 1 juta untuk 1 orang selama 1 bulan. Belum termasuk uang transportasi. Kalo untuk hidup ‘berdua’ dan gak neko-neko, Insyaallah cukup laaah…

…~ begitu pula LSM. LSM bisa kalian jadikan ‘tempat hidup’ sementara. Bila LSM mengadakan acara, kucuran dana dari pemeritah pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Lagi-lagi, cukup lah untuk biaya makan ‘berdua’ bahkan bisa menabung…

…~ jadi, selama belum mendapatkan pekerjaan tetap atau ‘pasti’, jangan sampai berpangku tangan dan hanya mengandalkan orang lain. Rejeki Tuan ada di mana-mana, tinggal bagaimana manusia mencari dan mendapatkannya…”

Cukup mengesankan. Wejangan yang tidak hanya memaparkan masalah, tapi juga solusi. Kami –yang kaum Adam khususnya- mencermati setiap patah kata yang disampaikan Pak Dosen. Bahkan ada yang mencatat di note nya sebagai reminder. Dan pesan dari Pak Dosen di akhir kuliah ini berhasil menduduki urutan teratas, mengalahkan Schrodinger!

*note:
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi. Kalau-kalau ada yang mengalami peristiwa serupa dengan pengalaman si-Alumni, yakinlah sobat! Buat pihak perempuan, yakinkan ‘calon pemimpinmu’ untuk tidak patah semangat. Untuk pihak laki-laki, keep your spirit and gentle, Bro! (#pesan.sok.bijak.=p)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar